Mahalnya Hidup di Brazil

Ini adalah bagian pertama dari rangkaian cerita yang ingin aku bagi tentang pengalaman singkat hidup di Brazil. To get the whole story you can check this page (A Piece of Memory in Brazil).

*****

IMG_2628

Part of Niteroi City

Di Brazil, aku tinggal di Kota Niteroi, dekat dengan Kota Rio de Janeiro, kota terbesar kedua setelah Kota Sao Paulo. Aku tinggal di sebuah apartemen dengan rent sharing system, istilah yang aku buat sendiri, yaitu menyewa apartemen bersama-sama dengan besar biaya sewa setiap orang tergantung kamar yang didapatkan, apakah single atau shared room, serta seberapa besar ukuran kamar. Aku mendapat shared room dengan ukuran kamar sedang sehingga biaya menjadi lebih murah. Tapi jika dinilai dalam perhitungan biaya hidup kota besar di Indonesia maka biaya yang aku keluarkan menjadi sangat mahal. Aku membayar kurang lebih 350 reais atau dalam kurs rupiah bernilai sekitar 1,75 juta. Dengan nilai tersebut, bahkan di kota seperti Jakarta, kita sudah dapat menyewa single room  dengan fasilitas yang cukup lengkap.

My Shared Room

My Shared Room

Memang, biaya hidup di Brazil cukup tinggi. Jangan menganggap hanya karena termasuk ke dalam negara Amerika Selatan yang rata-rata masih berkembang maka Brasil memiliki standar biaya hidup yang rendah dibandingkan dengan negara-negara maju di Amerika Utara dan Eropa. Jika kita menilai ketersediaan infrastruktur dengan biaya hidup yang kita keluarkan maka standar biaya hidup di Brazil menjadi tinggi.

Aku cukup beruntung dapat tinggal di shared room apartemen berdua dengan seorang mahasiswa lain. Banyak mahasiswa atau karyawan lain yang harus rela berbagi kamar dengan lebih dari 3 orang dalam satu kamar untuk mendapatkan sewa kamar lebih murah. Kondisi seperti itu sangat jarang ditemui di Indonesia kecuali jika tinggal di asrama atau pondok pesantren. Kamar single room dapat diperoleh dengan harga lebih murah pada kawasan pinggiran kota yang tentu saja berimbas pada tambahan biaya transportasi yang lebh besar. Hal ini dialami teman exchange program dari Mexico yang membawa istri dan harus tinggal di kawasan yang cukup jauh dari universitas dan harus naik bus untuk mencapainya. Berbeda denganku yang cukup berjalan kaki selama 20 menit untuk mencapai kampus dan dekat dengan berbagai pusat aktivitas seperti pantai, supermarket, dan pusat kota Niteroi.

Mahalnya hidup di Brazil juga dapat dirasakan pada harga makanan terutama yang dibeli di restoran. Umumnya, restoran di Brazil memakai system penimbangan makanan dalam penetapan harga. Porsi makanku cukup kecil dibandingkan dengan kebanyakan orang, meskipun begitu aku tetap mengeluarkan uang yang cukup besar menurut ukuran kantongku yaitu sekitar 12 hingga 20 reais atau sekitar 60 ribu hingga 100 ribu  rupiah. Tidak mengherankan ketika mahasiswa lebih memilih antri panjang di kantin universitas ketika jam makan siang tiba karena adanya tiket makan siang sehingga mahasiswa hanya perlu membayar makanan tidak sampai 1 reais. Sangat hemat bukan!? Bahkan teman dari Mexico dan Bolivia mencoba memperoleh makanan murah lewat progam pemerintah kota bagi kaum miskin yang menyediakan menu lengkap dengan daging atau ikan hanya seharga 1 reais. Wow, ternyata tidak hanya aku yang merasa segala sesuatu di Brazil adalah mahal.

Tentu aku tidak seekstrem kedua temanku. Aku memilih untuk membeli bahan makanan dan memasak sendiri. Selain harga murah, makanan yang aku makan terjamin kehalalannya. Maklum, Brazil memiliki penduduk yang mayoritas mengaku beragama Katolik sehingga makanan berbahan dasar babi sangat umum ada di dalam menu makanan. Jika pun bukan babi, segala varian daging yang tersedia tentu disembelih bukan dengan cara islami. So, meminimalisir hal tersebut, aku memilih masak sendiri. Makanan dijamin lebih murah, halal, dan tentu cita rasanya nusantara. Yah, meskipun lauknya setiap hari tidak jauh-jauh dari ikan tuna kalengan, but it’s ok, I like fish after all.

Comments
8 Responses to “Mahalnya Hidup di Brazil”
  1. ryan septian says:

    Perkenalkan nama saya Ryan.. juni nanti kemungkinan saya akan terbang ke brazil menyaksikan piala dunia 2014.. klo boleh tahu anda masih kuliah di brazil atau sudah di indonesia? klo masih disana bisa bantu saya untuk menjadi gaet perjalanan saya disana.. saya siap untuk bayar jasa anda.. boleh saya minta nomor kontak anda? atau hub saya di +6282122798227

    • novi says:

      Maaf mas Ryan, saya sudah kembali k Indo…coba kontak kedubes Indo d sana supaya bisa dapat kontak orang Indo yg sedang tinggal d Rio de Janeiro…Trims

  2. rico says:

    thanks for sharing kk Novi.
    perkenalkan nama saya Rico dari Jakarta. Kbetulan saya juga ad rencana mau apply buat exchange program ke brasil. yang ingin sy tanyakan gimana cara dapetin sertifikat kursus bahasa portuguese? karena saya belum menemukan tutor disini. terimakasih

    • novi says:

      Wah…sudah lama sekali saya tidak ngeblog. Terima kasih dan mohon maaf baru bisa balas. Semoga sekarang sudah sampai Brazil. Kalau belum semoga jawaban saya membantu. Di Indonesia memang belum ada kursus dan tes bahasa Portugis. Sebaiknya untuk persiapan, kuasai bahasa Spanyol. Paling tidak untuk berkomunikasi tidak aka terlalu sulit karena Brazil dikelilingi negara berbahasa Spanyol jadi sedikit-sedikit mereka akan paham. Setelah tiba di sana baru bisa belajar bahasa Portugis. Trims.

  3. Hello kak Novi,perkenalkan aku novia.Kak,aku pengin tau gimana caranya bisa ikut pertukaran pelajar ke Brazil,,bagi tipsnya dong ..please

    • novi says:

      Terima kasih sudah singgah ke blog. Maaf baru bisa membalas karena baru sekarang membuka blog setelah sekian lama. Semoga masih bermanfaat.
      Saya bisa student exchange karena kebetulan program master saya di UGM berada di bawah networking yang ternyata Brazil juga termasuk di dalamnya. Pada waktu itu setiap tahun networking menerima pendaftaran student exchange dan saya memilih Brazil.
      Sayangnya untuk sumber lainnya saya tidak bisa memberikan informasi karena memang networking universitas di Indonesia dengan negara-negara Amerika Selatan tidak banyak. Padahal universitas di sana banyak juga yang bagus dan bisa menjadi tujuan pembelajaran mahasiswa.
      Mungkin kalau tertarik lanjut S2, LPDP sudah menetapkan beberapa universitas di Brazil sebagai tujuan belajar. Selamat mencoba. Trims

  4. Grace says:

    Perkwnalkan nqma saya grace,saya ingi tau bgmma cra mbak bisa kuliah di brazil,,krna saya berencna ingin mnlanjutkn studi saya di sana

    • novi says:

      Terima kasih sudah mampir. Maaf baru bisa membalas. Semoga masih bisa menjawab pertanyaan.
      Saya hanya student exchange ke Brazil jadi tidak full kuliah. Kalau mau lanjut kuliah sepertinya bisa memilih universitas yang sudah ditetapkan LPDP. Kontak dengan profesor di sana akan lebih baik. Jangan lupa karena belajar bahasanya, at least bahasa Spanyol ya. Trims.

Leave a comment